Rangkuman Modul CGP

PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENGGERAK (PPGP)

Pada hal ini lebih ke menekankan pada kompetensi kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership). Mencakup: 1) komunitas praktik, 2)pembelajaran sosial dan emosional, 3) pembelajaran berdiferensiasi yang sesuai perkembangan murid, dan kompetensi lain dalam pengembangan diri dan sekolah. Dituangkan ke dalam tiga paket modul, yaitu 1) paradigma dan visi Guru Penggerak; 2) praktik pembelajaran yang berpihak pada murid; dan 3) pemimpin pembelajaran dalam pengembangan sekolah.

PPGP -> CGP

Program pendidikan ini dijalankan selama sembilan (9)
bulan yang terdiri dari kelas pelatihan daring, lokakarya, dan pendampingan. Proses pendidikan ini mengedepankan coaching dan on-the-job training, yang artinya selama belajar, guru tetap menjalankan. Kepala sekolah dan pengawas menjadi mitra seorang calon guru penggerak dalam mempersiapkan diri menjadi pemimpin.

MODEL PEMBELAJARAN

CGP merefleksikan praktik pembelajaran yang sudah dijalankan serta berdiskusi dan berkolaborasi dengan sesama CGP maupun komunitas di sekitarnya. Model ini diramu dalam siklus MERRDEKA, yang diawali dengan Mulai dari diri, lalu dilanjutkan dengan Eksplorasi Konsep; Ruang Kolaborasi; Refleksi Terbimbing; Demonstrasi Kontekstual; Elaborasi Pemahaman; Koneksi Antarmateri; dan ditutup dengan Aksi Nyata. Model pembelajaran yang berbasis pengalaman seperti ini dapat mewujudkan guru dan murid merdeka yang menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Instruktur berkata ‘Budaya Positif di Sekolah’

Guru sebagai pamong dapat memberikan tuntunan agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Guru diharapkan memiliki nilai-nilai positif yang dibutuhkan untuk membentuk karakter pelajar Pancasila dengan memberi contoh dan melakukan pembiasaan yang konsisten di sekolah. Pengembangan budaya positif dapat menumbuhkan motivasi instrinsik dalam diri anak untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan berbudi pekerti luhur serta akhlak mulia. Budaya positif di sekolah sangatlah penting untuk mengembangkan anak-anak yang memiliki karakter yang kuat, sesuai profil pelajar Pancasila. Selain itu, membangun budaya positif di sekolah juga harus sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu pendidikan yang berpihak pada murid sehingga dapat mencapai visi guru penggerak.

Hal penting yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah belajar bagaimana peran guru dalam membangun budaya positif yang berpihak pada murid, dan bagaimana membangun keyakinan atau visi sekolah yang menumbuhkan dan mengembangkan budaya positif.

Dengan membangun budaya positif tersebut, kita akan meninjau lebih dalam tentang strategi menumbuhkan lingkungan yang positif. Kita akan diajak melakukan refleksi atas penerapan disiplin yang dilakukan selama ini.

Untuk memikirkan kembali kebutuhan dasar yang dibutuhkan seorang murid pada saat mereka berperilaku tidak pantas, serta strategi apa yang perlu diterapkan yang berpihak pada murid. Mengeksplorasi suatu posisi dalam penerapan disiplin, yang dinamakan ‘Manajer’ serta bagaimana seorang Manajer menjalankan pendekatan disiplin yang dinamakan Restitusi.

CP (CAPAIAN PEMBELAJARAN)

Pemahaman mengenai konsep Budaya Positif yang di dalamnya terdapat konsep perubahan paradigma stimulus respons dan teori kontrol, 3 teori motivasi perilaku manusia, motivasi internal dan eksternal, keyakinan kelas, hukuman dan penghargaan, 5 kebutuhan dasar Manusia, 5 posisi kontrol guru dan segitiga restitusi. Menerapkan strategi disiplin positif yang memerdekaan murid untuk menciptakan ekosistem sekolah aman dan berpihak pada anak.

Menyusun langkah-langkah dan strategi aksi nyata yang efektif dalam mewujudkan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan sekolah agar tercipta budaya positif yang dapat mengembangkan karakter murid.

oleh: Drs. Suprapto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengeti Hari Kartini

Dening: Eni Siti Nurhayati Ibu kita Kartini, putri sejati Putri Indonesia harum namanya Ibu kita Kartini, pendekar bangsa Pendekar kaumnya u...